BAB I KONDISI GEOLOGIS, SOSIOLOGIS DAN KULTURAL MASYARAKAT DESA JALATUNDA. Jalatunda merupakan sebuah desa terpencil yang secara administratif masuk dalam wilayah kecamatan Mandiraja, kabupaten Banjarnegara. Secara geografis jalatunda terletak di wilayah pegunungan di sebelah selatan kecamatan Mandiraja dengan batas batas: disebelah timur : Desa Kali Tengah, disebelah utara : Desa Merden, disebelah barat : Desa Somawangi, disebelah Selatan: Kabupaten Kebumen Jika dibandingkan dengan desa desa lain dikecamatam mandiraja desa Jalatunda masih relative tertinggal. Ada beberapa faktor yang mungkin bisa dikaji yang menyebabkan desa Jalatunda relative teringgal di banding desa-desa lainnya. Faktor faktor itu antara lain: letak wilayah, infrastruktur desa, kurangnya kesadaran bersama dan kurangnya kesadaran akan pentingnya pendidikan bagi perubahan dan kemajuan individu dan bersama. Letak wilayah desa Jalatunda yang terpencil yaitu di ujung paling selatan kecamatan Mandiraja praktis membuat kehidupan masyarakat kurang berkembang karena tidak ada lalu lintas ekonomi dari desa lain yang melalui desa Jalatunda. Aktifitas ekonomi hanya terjadi dari dan untuk masyarakat desa Jalatunda itu sendiri. Infrastruktur desa Jalatunda tergolong buruk karena jalanan desa masih belum sepenuhnya aspal(hotmik.red), dengan letak desa yang berada di wilayah pegunungan, jalanan naik turun. Hal ini menyebabkan kurangnya mobilitas barang dan jasa serta aktifitas masyarakat desa. Walaupun desa ini sering tersentuh oleh proyek-proyek dan program pemerintah kabupaten maupun pusat terkait pengembangan infrastruktur tapi tetap saja kurang bisa merubah wajah desa secara signifikan sebagai desa tertinggal. Pengaspalan jalan terlihat kurang permanen sehingga walaupun telah ada perbaikan jalan berulang-ulang tetap saja tidak bertahan lama apalagi lalu lintas kendaraan berat pemuat pasir sering melintasi jalanan desa makin memperparah kerusakan infrastruktur desa. Kurangnya daya dukung desa bagi perkembangan dan kemajuan perekonomian menyebabkan infrastruktur desa kurang berkembang. Berbeda jika ditengah masyarakat terlihat adanya geliat perekonomian berbasis home industry, agribisnis atau bahkan industri. Hal tersebut bisa mempercepat proses perbaikan infrastruktur desa. Dengan adanya geliat ekonomi rakyat secara signifikan bisa memberi nilai positif desa di mata pemerintah pusat karena partisipasinya dan daya dukungnya bagi kemajuan perekonomian rakyat yang bersinergis dengan program pemerintah. Kurangnya kesadaran bersama masyarakat desa dalam hal ini kurangnya kesadaran bersama dalam upaya bagaimana memajukan desa dengan potensi-potensi yang dimilikinya. Mengingat desa Jalatunda merupakan desa yang berbasiskan pada sektor pertanian kemungkinan terbesar yang bisa dilakukan untuk mengembangkan dan memajukan ekonomi desa juga melalui sektor pertanian. Lalu pertanian seperti apakah yang seharusnya dilakukan guna menunjang kemajuan desa? Bukankah selama ini juga banyak program pemerintah terkait pertanian yang telah didapatkan desa tapi tidak membawa perubahan?. Itulah yang harus kita pikirkan dan kita kaji bersama guna menemukan solusi pertanian seperti apakah yang bisa dilakukan bersama guna meningkatkan kemajuan desa. Semua itu bakal kita kupas bersama di bab selanjutnya. Faktor lain yang mungkin bisa penulis temukan dan ungkapkan yaitu faktor kurangnya kesadaran masyarakat mengenai pendidikan. Disadari atau tidak, daya dan pola pikir suatu masyarakat itu sangat dipengaruhi oleh latar belakang pendidikannya. Semua sikap dan prilaku yang muncul dari masyarakat merupakan cerminan tingkat, pola pikir dan pengetahuan masyarakat itu sendiri. Pendidikan di era jaman sekarang mutlak sangat diperlukan untuk pengembangan dan kemajuan di semua lini, di semua sektor kehidupan masyarakat. Begitu pentingnya pendidikan bagi kemajuan dan perubahan dalam masyarakat menyebabkan pendidikan dianggap sebagai pondasi yang menentukan bagi caracther of nation maupun caracther of building suatu bangsa. Jika dilihat dari sektor pendidikannya, masyarakat desa Jalatunda termasuk kurang jika di bandingkan dengan desa lain. Hal ini disebabkan kurang pedulinya para orang tua terhadap pendidikan anak-anaknya. Bagi mereka sekedar bisa membaca dan menulis itu sudah cukup sebagai bekal merantau nantinya. Mayoritas pendidikannya hanya sampai jenjang SD, SMP,dan sedikit yang SMA atau selebihnya, walaupun akhir- akhir ini sudah banyak orang yang sadar akan arti pentingnya pendidikan hal ini dibuktikan dengan makin banyaknya anak-anak di desa Jalatunda yang meneruskan jenjang pendidikannya pada tingkat yang lebih tinggi. Sekitar tahun 2007 di desa Jalatunda telah berdiri Sekolah lanjutan pertama yaitu SMP Negeri 4 Mandiraja. Berdirinya SMP N 4 Mandiraja ini perlahan-lahan mulai mengikis paradigma masyarakat mengenai arti pentingnya pendidikan bagi anak-anak mereka. Banyak anak-anak usia sekolah yang kemudian melanjutkan ke SMP 4 Mandiraja, ini terlihat dari presentase kelulusan SD di desa ini yang tiap tahunnya mulai menunjukan peningkatan untuk melanjutkan ke tingkat SMP. Secara sosiologis dan kultural kehidupan masyarakat desa jalatunda masih tebilang sangat kental akan pengaruh jawa kuno. Dalam kehidupan sosial, hubungan antar warga masih bersifat kekeluargaan, itu terlihat dari berbagai aktifitas dan kegiatan warga seperti saat memperbaiki rumah yang dikerjakan secara bersama-sama maupun pada saat hajatan keluarga. Dalam kehidupan budaya, kehidupan masyarakat desa masih bernafaskan adat istiadat budaya kuno. Sebagian dari mereka masih menggunakan sesaji-sesaji dalam berbagai kegiatan keagamaan maupun kegiatan kemasyarakatan. Dalam hal keagamaan misalnya dalam peringatan-peringatan upacara kematian masih dikenal adanya istilah nelung dino, mitung dino, matang puluh, nyatus dan nyewu dino. Dalam bidang kultural bila dikaji akan memunculkan dua konteks yaitu konteks agama dan konteks budaya. Dalam konteks agama dalam hal ini islam, budaya-budaya tersebut pastilah tidak sesuai karena tidak ada aturan aturan mengenai hal tersebut. Namun jika di kaji dalam konteks budaya kegiatan- kegiatan tersebut merupakan suatu kekayaan budaya masyarakat yang diwariskan nenek moyang secara turun temurun. Sekedar menengok kebelakang, terbentuknya budaya-budaya tersebut memiliki sejarah panjang. Pada jaman dulu tepatnya pada jaman berkembangnya kerajaan-kerajaan di nusantara, sebelum Islam masuk di nusantara telah berkembang agama dan kebudayaan Hindu-Budha. Dalam hal upacara kematian, ajaran agama Hindu-Budha mengenal adanya acara tiga hari, tujuh hari, empat puluh, seratus dan seribu hari. Seiring perkembangan jaman perkembangan agama ini mulai memudar ditandai dengan runtuhnya kerajaan hindu-budha terbesar di nusantara yaitu Sriwijaya dan Majapahit. Perkembangan agama Hindu-Budha kemudian digantikan dengan masuknya ajaran Islam ke wilayah nusantara. Kuatnya pengaruh budaya Hindu-budha dalam kehidupan masyarakat memunculkan hambatan bagi para pesiar Islam. Budaya Hindu-Budha yang telah lekat dalam kehidupan masyarakat dan bertentangan dengan ajaran Islam tentu tidak mudah untuk dihilangkan. Merekapun pastilah sangat sulit jika harus menerima ajaran baru dan harus menghapus secara total adat-istiadat yang telah dilakukan. Jika dipaksakakan pasti akan mencipkan konflik dan akan menimbulkan penolakan keras terhadap penyebaran Islam di nusantara. Para penyiar Islam di jawa kemudian melakukan akulturasi kebudayaan sebagai jalan damai dalam penyebaran Islam. Akulturasi yaitu percampuran dua kebudayaan tanpa menghilangkan kebudayaan asli. Beberapa contoh akulturasi yang dilakukan antara lain dalam hal kesenian dan upacara-upacara. Dalam bidang keseniaan akulturasi terlihat pada pertunjukan wayang, dimana pada jaman pra islam isi cerita yang berbau non islam dganti atau disisipkan dengan ajaran- ajaran islam. Begitu pula pada upacara-upacara lainnya misalnya pada upacara kematian, acara nelung dino, pitung dino dan seterusnya yang dahulu dilakukan dengan cara non islam kemudian pada jaman islam budaya tersebut tetap dipertahankan tetapi
di ganti dengan cara cara dan doa-doa islami. Kebudayaan itulah yang sekarang bisa kita lihat dan rasakan masih berkembang pesat dimasyarakat termasuk di desa Jalatunda. TO BE CONTINUED
Now Trending:
Feryarya.com
Think Globally Act Locally